GLOBALISASI DAN KUALITAS PENDUDUK INDONESIA
Oleh : Bambang Samekto
Perlu dipahami bahwa globalisasi adalah suatu proses di mana penduduk dunia ini ingin bersatu menjadi satu masyarakat internasional. Globalisasi juga suatu paradigma yang ingin meningkatkan kemakmuran ekonomi, kesejahteraan dan kualitas hidup penduduk suatu negara seperti yang dicapai negara-negara maju melalui perdagangan bebas sehingga dapat meningkatkan produksi dan kualiatas barang, harga yang lebih murah, dan menciptakan lapangan kerja. Namun globalisasi sering diartikan sebagai globalisasi ekonomi di mana ekonomi suatu negara memasuki kancah ekonomi internasional melalui perdagangan dan industri, penanaman modal asing, perdagangan dan pemilikan saham mayoritas, migrasi penduduk, dan persebaran teknologi. Padahal yang terjadi adalah proses integrasi dari unsur-unsur ekonomi, keuangan, industri, teknologi, transportasi, tantangan keadaan lingkungan, sosial-budaya, informasi dan kekuatan-kekuatan politik.
Negara-negara maju berupaya agar globalisasi dapat diterima oleh semua negara di dunia. Ini dilakukan untuk meluaskan perdagangan, kepentingan-kepentingan bisnis dan politik negara-negara maju dan untuk mengamankan usaha dan temuan teknologi yang mereka kembangkan. Hal ini diupayakan selain melalui tekanan kekuatan politik, ekonomi dan keamanan juga melalui kesepakatan-kesepakatan internasional seperti General Agreement on Tarriffs and Trade (GATT) tentang penghapusan pajak ganda, daerah perdagangan bebas, mengurangi pengawasan modal dan pengakuan atas hak-hak paten; dan World Trade Organisation (WTO) yang menjembatani bila ada perselisihan dalam perdagangan dan untuk menyeragamkan kebijakan perdagangan. Kesepakatan-kesepakatan ini diharapkan akan dapat mengurangi hambatan-hambatan yang ada dalam memperluas perdagangan internasional.
Kemajuan dan modernisasi teknologi, transportasi dan komunikasi dengan berbagai produk ekonomi, bisnis, sosial dan budayanya yang berkembang pesat dan cepat telah menisbikan waktu dan batas antar negara, ideologi, dan sosiologi-budaya-agama bahkan keluarga. Hasil produksi barang dan jasa negara-negara maju tak bisa dihambat oleh siapapun dan negara manapun. Oleh karena itu, semua produk tersebut bisa dengan leluasa mengalir ke negara-negara berkembang. Bisa kita amati bagaimana produk-produk Amerika, Eropa, dan Jepang seperti alat transportasi, informasi, program-program TV, film-film, serta peralatannya seperti TV, telpon genggam, camera, komputer, alat-alat rumah tangga dan perkantoran, berbagai produk makanan serta hasil pertanian bisa menjelajah ke seluruh negeri.
Seiring dengan perkembangan di atas, Indonesia juga terlibat dan melibatkan diri untuk bisa masuk dalam kancah globalisasi. Indonesia ingin ikut menjadi pemain utama dan tidak hanya menjadi objek dan penerima produk negara maju yang makin gencar akhir-akhir ini. Indonesia terus berupaya untuk bisa sejajar dengan negara-negara maju lainnya dalam globalisasi ini. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan, Indonesia masih belum bisa mencapai kemajuan dalam globalisasi. Sebagai contoh, produk Indonesia hanya bisa bermain di dalam negeri dan hanya beberapa saja yang bisa menembus pasar global. Sementara itu industri Indonesia masih sangat tergantung kepada bahan baku luar negeri sehingga harganya tak bisa bersaing di luar negeri. Hal lain yang menghambat perkembangannya adalah bahwa banyak pengusaha Indonesia belum mampu menjaga kualitas dan jumlah produksi barangnya serta menepati tenggat waktu pengiriman barang. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia untuk bisa sejajar dengan negara-negara lain dalam globalisasi. Hal ini antara lain meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber dana dan ilmu, pengetahuan serta sikap yang dimilikinya.
Sesungguhnya Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang besar. Jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 225 juta orang. Jumlah penduduk yang besar ini merupakan modal dasar dan pasar potensial bagi berbagai peroduk dan jasa. Oleh karena itu dunia internasional menjadikan Indonesia sebagai sasaran pasar mereka. Dengan pertumbuhan penduduk sekitar 1,36 persen per tahun, Indonesia mendapat tambahan 3,5 juta orang per tahun atau sejumlah penduduk Singapura. Penduduk yang banyak bisa menjadi modal yang berharga seandainya tingkat pendidikannya cukup tinggi dan kesehatan yang baik. Walaupun sudah lebih dari 90 persen anak-anak Indonesia mengenyam tingkat pendidikan dasar 6 tahun tapi yang bisa melanjutkan pendidikannya ke sekolah lanjutan pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi sangat sedikit. Hambatan utama yang dihadapi adalah kemiskinan. Walaupun pemerintah sudah memberlakukan wajib belajar 9 tahun dan membebaskan uang sekolah serta memberi berbagai kemudahan dan bea siswa, tapi kemiskinan membuat banyak keluarga memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya lebih lanjut. Hal ini dapat dipahami mengingat sekolah tidak hanya bayar uang sekolah tapi juga membeli seragam, biaya transport, uang jajan dan pungutan sekolah.
Rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas pendidikan orang-orang Indonesia membuat mereka tak bisa bersaing di bursa tenaga kerja lokal dan internasional. Walaupun Indonesia sudah mempunyai lebih dari 2800 perguruan tinggi (hanya 82 perguruan tinggi negeri) dan meluluskan ribuan sarjana tapi karena kualitasnya kurang memadai sehingga banyak sarjana yang menganggur. Saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 40 ribu sarjana yang menganggur atau pengangguran terselubung. Sebuah survey internasional baru-baru ini menunjukkan bahwa peringkat Universitas Indonesia menurun menjadi ke urutan di bawah 250 di antara 8000 univeristas terkemuka di dunia. Tingkat ini berada di bawah ITB dan UGM. Kualitas perguruan tinggi lainnya di Indonesia tentu lebih rendah. Jadi tidak heran banyak keluarga yang menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi di luar negeri. Ini suatu pemborosan yang nyata dalam pendidikan. Dalam kancah internasional, rendahnya pendidikan dan kualitas tenaga kerja Indonesia membiuat tenaga kerja Indonesia hanya laku sebagai pembantu rumah tangga di negara-negara lain. Ini tentu saja mengurangi citra dan martabat Indonesia di negara-negara tujuan tempat orang-orang Indonesia bekerja.
Rendahnya tingkat kesehatan orang Indonesia bisa dilihat dari tingginya angka kematian bayi dan tingkat kematian ibu melahirkan, keadaan gizi masyarakat yang rendah, dan banyaknya orang-orang berpenyakit berat, seperti ginjal, penyakit gula, tekanan darah tinggi, HIV/AIDS, TBC, malaria serta penyakit menular berbahaya lainnya. Angka kematian bayi. Indonesia adalah 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Dalam hal kesehatan reproduksi ibu Indonesia keadaannya jauh dari memuaskan.. Tingkat kematian ibu melahirkan masih sangat tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) dan keadaan ini juga sangat memprihatinkan. Kedua hal tersebut termasuk yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Keadaan gizi masyarakat juga buruk. Banyak anak-anak yang menderita kekurangan gizi. Keadaan ini tentu berpengaruh kepada masa depan anak-anak itu sehingga mereka tidak tumbuh dan berkembang baik serta daya berpikirnya juga kurang. Ini semua akan mempengaruhi tingkat pendidikan manusia Indonesia. Sementara itu penularan HIV/AIDS di Indonesia makin meningkat khususnya di antara pengguna narkoba jarum suntik. Keadaan ini sudah pada tingkat waspada dan Indonesia diharapkan masih dapat mengendalikan persebarannya.
Indonesia sebenarnya kaya dengan sumber daya alam. Tambang minyak dan gas, emas, nikel, batu bara, kapur, pasir besi dan sebagainya seolah-olah tak habis bila digali terus. Sementara itu lautnya yang sangat luas juga merupakan sumber daya alam yang melimpah ruah. Hutan dan lahan pertanian yang luas juga merupakan sumber daya alam yang potensial. Hal yang menjadi tantangan adalah pemanfaatannya dan pengolahannya belum maksimal. Indonesia lebih suka menyerahkannya kepada perusahaan asing. Misalnya, kebutuhan dunia akan minyak kelapa sawit untuk dijadikan bahan pengganti minyak bumi belum diusahakan sepenuhnya oleh orang-orang Indonesia. Pembukaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit lebih diberikan kepada pemilik modal asing. Padahal Indonesia mempunyai berbagai kelebihan dalam bidang ini. Mungkin ini karena pengaruh globalisasi dan tekanan ekonomi dan politik negara-negara maju serta kurangnya pemilikan teknologi. Hasil laut Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga banyak nelayan asing dengan kapal-kapal penangkap ikan modern merambah seenaknya di perairan Nusantara. Sekali lagi diharapkan pemerintah Indonesia bisa mendorong dan mendukung pemodal Indonesia untuk memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang ada ini. Sementara itu pendidikan menengah dan tinggi Indonesia juga diharapkan lebih menghasilkan tenaga-tenaga berkualitas tinggi yang akan mengelola sumber daya alam ini.
Tantangan lain bagi pemerintah dan pengusaha Indonesia adalah keterbatasan dana. Sehingga banyak pengusaha yang menggandeng pemodal asing untuk berusaha di Indonesia dan tentu saja keuntungan yang didapat akan lebih banyak diperoleh pemodal asing itu. Pemerintah Indonesia juga masih kurang dana untuk membiayai berbagai program pembangunannya. Dengan tekanan internasional, pemerintah Indonesia terpaksa harus berhutang kepada Bank Dunia (World Bank), International Monetary Fund (IMF) dan Asian Development Bank (ADB) serta negara-negara pemberi pinjaman bantuan lainya Hutang ini tentu menambah beban keuangan pemerintah. Ketergantungan Indonesia akan modal asing ini harus segera dicari pemecahannya agar Indonesia bisa menentukan sendiri berbagai kebijakan pembangunannya dan tidak didikte oleh para pemodal asing dan pemberi pijaman dana.
Industri Indonesia juga banyak tergantung kepada bahan-bahan mentah yang dihasilkan negara-negara maju. Seharusnya Indonesia memanfaatkan bahan-bahan mentah hasil Indonesia untuk mendukung berbagai industrinya. Untuk ini, pemerintah Indonesia harus mendukung penelitian dan pengembangan bahan-bahan mentah asli Indonesia yang dapat dipergunakan untuik mendukung industrinya. Ketergantung Indonesia akan bahan baku industri luar negeri membuat produk-produknya tidak bisa bersaing di pasar internasional. Sebagai akibat produk-produk itu hanya bisa dijual di dalam negeri. Untuk mengatasinya, Indonesia harus menciptakan produk-produk unggulan yang bahan bakunya banyak tersedia dan dihasilkan di dalam negeri.
Satu hal yang perlu diperbaiki oleh Indonesia dalam menghadapi globalisasi adalah etika bisnis dan etos kerja orang-orang Indonesia. Ahli antropologi Universitas Indonesia Profesor Kuntjaraningrat (almarhum) pernah meneliti bahwa banyak orang Indonesia, termasuk pemimpin-pemimpinnya, kurang mempunyai etika bisnis dan etos kerja yang baik serta suka sekali mencari jalan pintas untuk mencapai tujuan-tujuannya. Ini dibuktikan dengan kurang disiplinnya orang-orang Indonesia dan tidak dipatuhinya berbagai aturan yang ada. Bukti yang dikemukakan adalah korupsi yang merajalela di kalangan pemimpin Indonesia, upaya-upaya menyogok pejabat dan pemimpin Indonesia oleh para pengusaha dan oleh sesama pejabat Indonesia untuk mendapat proyek atau memuluskan perijinan usaha. Sementara itu hampir semua layanan kepada publik di kantor-kantor pemerintah sangat memperihatinkan. Alasan yang sering dikemukakan adalah rendahnya gaji pegawai negeri. Gaji yang rendah juga diberikan perusahaan swasta nasional kepada buruhnya. Untuk memperbaiki etika bisnis ini tidak bisa hanya melalui penerapan hukum dan akuntansi keuangan dan program yang ketat tapi juga perlu meningkatkan kesejahteraan pegawainya. Pengusaha swasta nasional juga punya kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan pegawainya.
Jadi jelas bahwa banyak tantangan yang dihadapi Indonesia untuk bisa masuk ke kancah globalisasi. Dengan meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan rakyatnya, memanfaatkan potensi alam Indonesia yang kaya, memakai bahan baku lokal untuk industrinya, memakai modal dalam negeri, kerja keras, disiplin yang tinggi dan etika bisnis yang baik bukan tidak mungkin suatu saat Indonesia akan bisa bersaing di pasar global.
sumber : http://pustaka.bkkbn.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=106&Itemid=9
Jumat, 15 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar